Menafsir Serangan Verbal Program Unggulan Rusli – Serfi

SALAKAN POST, SALAKAN – Suhu politik Kabupaten Banggai Kepulauan kian memanas dua pekan menjelang pemilihan kepala daerah. Saling sikut antar tim pasangan calon (paslon) di media-media sosial kian getol dilakoni.

Terbaru, paslon Rusli – Serfi secara bertubi-tubi menuai beragam serangan verbal. Objeknya cenderung diarahkan pada program unggulan yang ditawarkan paslon bermoto “Berkah” itu kepada masyarakat di tiap momentum kampanyenya.

Bacaan Lainnya

“Bohong”. Diksi itu kerap disematkan lawan politik untuk berusaha memangkas menguatnya simpati massa terhadap paslon berlatar putra asli daerah itu. Bahkan, tak jarang muncul tanggapan bernada sinis. 

Serangan verbal itu dikerahkan, karena dalam ruang ilusi lawan politik tergambarkan bahwa Rusli – Serfi telah menahkodai Banggai Kepulauan dan gagal melaksanakan programnya.

Ilusi itu yang terkadang membikin pesaing politik nyaris lupa bahwa fase ini masih merupakan fase perhelatan, dimana Paslon Rusli – Serfi masih berstatus sebagai kandidat, belum memegang mandat rakyat untuk melaksanakan programnya.

Pada fase ini setiap kandidat semestinya berkompetisi menyajikan gagasan tentang perubahan dan perbaikan kualitas kesejahteraan “Mian Bangkep” dalam kemasan visi-misi yang dijabarkan dalam bentuk menu program.

Dari titik inilah Mian Bangkep sebagai pemilik sejati daulat di Tano Peling akan melihat dan memutuskan visi-misi serta program kandidat mana yang lebih searah dengan kepentingan mereka.

Lalu bagaimana mungkin ‘kebohongan’ yang bersifat implikatif ditempatkan di depan sebuah proposisi. Hal itu mengindikasikan bahwa diksi yang disematkan untuk menegasikan program unggulan Rusli – Serfi itu pun masih sebatas asumsi.

Sayangnya, serangan verbal pesaing politik, sedikit pun tak membuat surut, malah sebaliknya, semakin mengobarkan semangat relawan paslon pemilik nomor urut satu itu.

Perumusan Visi dan Misi dan program unggulan Rusli – Serfi didasarkan pada kesadaran kandidatnya sebagai satu-satunya kontestan yang lebih memahami bagaimana grafik pertumbuhan kesejahteraan masyarakat bergerak lesu dalam 1 dekade terakhir.

Terbukti, 8 program itu lebih bersentuhan langsung dengan persoalan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terlebih program itu telah dirumuskan jauh lebih awal dibandingkan paslon lain. (Rif)

Pos terkait